- Survei SLBF: Erman Safar Tumbang di Pilkada 2024, Ramlan Nurmatias-Ibnu Asis Menang.
- Proggul Bukittinggi Gemilang, Solusi Untuk Kota Bukittinggi Mendatang
- Tata Kelola Pemerintahan Amburadul, Warga Gulai Bancah Pilih Paslon Ramlan-Ibnu di Pilkada 2024
- Paslon Ramlan-Ibnu Menang Demi Bukittinggi Gemilang 2025-2030
- Warga Birugo Dukung Ramlan-Ibnu Pada Pilkada Bukittinggi 2024
- Warga Pulai Anak Aia Dukung Paslon Ramlan Nurmatias-Ibnu Pada Pilkada 2024
- Serap Aspirasi Warga Paguyuban, Paslon Ramlan-Ibnu Memiliki Komitmen Pada Warga
- Warga Sawah Paduan dan Pakan Kurai Dukung Ramlan-Ibnu Pada Pilkada 2024
- Ratusan Peserta Bukittinggi Bersuara sampaikan Aspirasi Pada Ramlan-Ibnu
- SIKPS Bukittinggi Dukung Paslon Ramlan-Ibnu Pada Pilkada 2024
Bung Hatta dan Demokrasi Bukittinggi: Refleksi Integritas dalam Politik dan Ekonomi
Mohammad Hatta
Keterangan Gambar : Monumen Bung Hatta|Foto: Reni Fitria
Suduik.com|Dinginnya udara
Bukittinggi pada pagi itu bukan hanya sekadar hawa yang menerpa, melainkan juga
sebuah simbol dari kenangan yang mendalam. Seolah udara tersebut membawa
bisikan tentang Bung Hatta, putra terbaik kota ini yang tumbuh dengan
nilai-nilai yang kuat dan tulus. Integritas yang ia pegang dalam politik dan
ekonomi menjadi simbol kebersihan—seperti udara Bukittinggi yang terkenal—yang
tidak tercela. Di bawah bayang-bayang Bung Hatta, Bukittinggi seakan berdiri
sebagai benteng terakhir dari nilai-nilai luhur yang semakin langka di tengah
pragmatisme politik yang menggerogoti banyak kota di Indonesia. Kota ini,
dibangun atas dasar nilai keadilan dan kejujuran, kini berada pada titik
krusial dimana dinamika demokrasi modern menantangnya untuk tetap setia pada
warisan tersebut atau menyerah pada gelombang pragmatisme yang cenderung
merusak.
Refleksi mendalam atas
warisan Bung Hatta bukan hanya tentang mengenang seorang proklamator, melainkan
mengaktualisasikan nilai-nilai integritas dalam setiap sendi kehidupan di
Bukittinggi. Ketika politik dan ekonomi nasional cenderung dibayangi oleh
korupsi dan kolusi, Bukittinggi—dengan segala dinginnya yang menyegarkan—memiliki
peluang untuk memperlihatkan bahwa integritas masih bisa menjadi fondasi dalam
pengambilan keputusan politik dan ekonomi. Dalam setiap kebijakan yang dibuat,
dalam setiap langkah yang diambil, semangat Bung Hatta harus menjadi kompas
yang mengarahkan tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada
kesejahteraan yang inklusif dan keberlanjutan yang bertanggung jawab. Kota ini,
dengan semangat keadilan sosialnya, berpotensi besar untuk menjadi model kecil
dari Indonesia yang ideal, dimana integritas bukan hanya diucapkan tapi
benar-benar dilaksanakan.
Integritas Bung Hatta: Pilar Utama Demokrasi
Baca Lainnya :
Ketika kita mengulik lebih dalam tentang integritas, sosok Bung Hatta selalu mengemuka sebagai contoh yang sempurna. Dalam berbagai kesempatan, beliau dengan tegas menekankan bahwa seorang pemimpin tidak hanya harus jujur dan berani menolak praktik KKN, tetapi juga harus memiliki dedikasi kuat terhadap kepentingan rakyat. Bagi Bung Hatta, integritas bukan sekadar kata, melainkan fondasi yang harus dimiliki setiap pemimpin untuk membangun demokrasi yang sehat dan adil. Beliau sering mengatakan, tanpa integritas, demokrasi tidak ubahnya panggung sandiwara politik, di mana segelintir elit politik memanipulasi sistem untuk kepentingan pribadi atau kelompok mereka, sering kali dengan mengorbankan kebaikan banyak orang.
Namun, prinsip-prinsip
yang dipegang teguh oleh Bung Hatta tampaknya hanya menjadi idealisme di
Bukittinggi saat ini. Kasus penyelewengan dana zakat oleh BAZNAS beberapa waktu
lalu merupakan contoh nyata dari kegagalan penerapan nilai-nilai integritas
dalam pemerintahan lokal. Skandal ini bukan hanya merobek kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga-lembaga pemerintah, tetapi juga menunjukkan betapa
rapuhnya struktur integritas yang seharusnya menjaga fondasi demokrasi di kota
ini. Ini menandakan bahwa tanpa adanya integritas yang kuat, praktik-praktik
korupsi dan nepotisme dapat dengan mudah merusak dasar-dasar tata kelola yang
baik.
Lebih jauh lagi,
ketiadaan integritas dalam pemerintahan tidak hanya merusak citra pemerintahan
itu sendiri tetapi juga menggerogoti kualitas demokrasi yang seharusnya kita
jalani. Bung Hatta percaya bahwa demokrasi yang sejati dibangun atas dasar
kejujuran dan keberanian untuk menegakkan kebenaran. Namun, di Bukittinggi, demokrasi
yang ada tampaknya hanya sebuah fasad, di mana nilai-nilai integritas
dikalahkan oleh pragmatisme politik dan kepentingan pribadi. Kehadiran
praktek-praktek yang bertentangan dengan prinsip integritas ini telah
memperlemah struktur demokrasi dan menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap
sistem.
Mengingat urgensi dari
integritas ini, perlu ada sebuah gerakan nyata untuk mengembalikan nilai-nilai
yang ditekankan oleh Bung Hatta. Masyarakat Bukittinggi harus berperan aktif
dalam menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemimpin mereka. Pemimpin
yang memegang teguh prinsip integritas harus didukung dan diangkat menjadi
contoh. Gerakan ini tidak hanya akan memperkuat fondasi demokrasi di
Bukittinggi, tetapi juga akan mengembalikan kepercayaan publik terhadap
pemerintahan. Langkah ini tentu tidak mudah, namun dengan refleksi dan
keberanian untuk kembali pada ajaran Bung Hatta, mungkin kita dapat membangun
kembali demokrasi yang bersih dan pemerintahan yang benar-benar untuk rakyat.
Ajaran Bung Hatta
bukanlah cerita masa lalu yang hanya untuk dikenang. Nilai-nilai yang beliau
ajarkan—integritas, anti-KKN, kesejahteraan, dan pembangunan
berkelanjutan—adalah tuntunan yang sangat relevan untuk menghadapi berbagai
tantangan modern Bukittinggi. Di tengah krisis kepercayaan terhadap
kepemimpinan lokal dan ketidakpastian ekonomi, Bukittinggi membutuhkan lebih
dari sekadar janji politik. Bukittinggi membutuhkan pemimpin yang berani
meneladani integritas Bung Hatta dan berjuang demi kesejahteraan rakyat secara inklusif.
Bagaimana mungkin kita
mengabaikan ajaran seorang tokoh besar yang telah mengukir sejarah bangsa?
Bukittinggi, sebagai tempat kelahiran Bung Hatta, seharusnya menjadi pusat dari
perubahan, menjadi kota yang benar-benar mencerminkan ajaran-ajarannya. Ini
bukan hanya tentang nostalgia, tetapi tentang tanggung jawab moral untuk
menjaga warisan intelektual dan politik yang beliau tinggalkan.
Jika kita tidak segera
bertindak, Bukittinggi mungkin akan kehilangan jati dirinya—bukan hanya sebagai
kota wisata, tetapi sebagai simbol perjuangan integritas dan kesejahteraan yang
diajarkan oleh Bung Hatta. Kini, saatnya bagi kita untuk merangkul kembali
nilai-nilai tersebut dan memperjuangkan masa depan Bukittinggi yang lebih baik,
di mana politik, ekonomi, dan pembangunan berjalan seiring dengan integritas
dan kepedulian terhadap rakyat.
Penulis : Mohammad Aliman Shahmi, M.E
Dosen UIN Mahmud Yunus Batusangkar